Mendapat Insight Definisi Budaya dari Perjalanan Kebudayaan – Jurnal Pekan 2

Pekan kedua menjadi kesempatan bagi para volunteer belajar kebudayaan dari lapangan. Alias, kita berkunjung ke beberapa tempat yang sudah difasilitasi untuk mengenal budaya Jogja secara lebih dekat. Masih teringat definisi budaya dari mas Irfan Afifi, pendiri media indie di daerah Pleret, yaitu budaya adalah produk dari olah pikir, rasa, karsa, dan badan dari suatu masyarakat. Sesimpel itu ternyata makna budaya. 

Definisi ini membuatku peka dengan situasi masyarakat di era tertentu hanya dengan melihat barang-barang yang terdekat dengan kita. Semisal, meja berbahan triplek lengkap dengan balutan lapisan PVC dan kursi model kantoran yang lumayan empuk dan dapat berputar-putar ketika lelah di depan laptop yang aku gunakan sekarang ini ternyata mengandung estetika yang menggambarkan situasi masyarakat modern. Pantas saja aku jarang bisa betah untuk bermain laptop ketika pulang kampung karena meja dan kursi yang ada di Ngawi bertemakan versi kuno dan penuh dengan ukiran-ukiran.

Perjalanan kebudayaan ini dimulai dari hari Selasa, kunjungan ke Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY. Bersyukur ternyata Jogja sudah menawarkan edukasi sejarang dengan penyajian yang lebih kekinian. Kehadiran diorama ini seharusnya menjadi angin segar bagi para pendidik di Jogja karena dengan kesempatan inovasi struktur kurikulum yang sekarang, para pendidik dapat memanfaatkan kunjungan diorama arsip sejarah Jogja ini untuk pembelajaran project-based learning siswa-siswa. Agar, pelajaran sejarah tidak lagi hanya dipahami tentang tanggal-tanggal, tokoh-tokohnya dan tragedinya yang penuh dengan kekerasan, tetapi sejarah sebagai mata pelajaran penting untuk siswa berefleksi tentang identitasnya. Namun, ketika mengingat lagi keluhan-keluhan para guru semasa berinteraksi dengan mereka dulu, aku jadikan refleksi ini sebagai belanja ide untuk pergerakan guru di masa depan saja.

Hari Rabu, sebagian dari kita pergi ke Langgar.co, tempat saya mendapatkan inspirasi tentang definisi budaya. Selain tentang definisi, saya sangat tergugah untuk mengenali identitas diri saya. Belakangan ini saya baru paham dengan diri sendiri bahwa ternyata alasan saya getol sekali dengan pendidikan karena saya mungkin jengkel akan pendidikan yang tidak berperan sebagaimana mestinya, yaitu menemukan potensi dalam diri, begitu juga dengan identitas. Oleh sebab itu, ketika mendengarkan pengalaman mas Irfan yang berfokus pada pencarian jati diri di tengah institusi kampus yang menurut sebagian besar orang menjadi jaminan kehidupan masa depan membuat saya mengerti bahwa permasalahan bangsa sekarang disebabkan karena kita belum kenal dengan diri. Saya sependapat dengan mas Irfan bahwa ketika kita sudah mengenal diri, maka kebahagiaan dan rasa penuh dalam jiwa akan tercapai, sehingga kerukunan, kedamaian akan dapat terjadi di suatu masyarakat. 

Sayangnya, saya tidak bisa ikut ke Mojok.co karena ada acara dengan ibu. Padahal, menarik juga mendengar cerita teman-teman yang sudah berkunjung ke sana untuk melihat perbedaan produk budaya berupa tulisan antara Langgar.co dan Mojok.co yang dihasilkan dari pemikiran pendiri yang kontras berbeda. Mungkin di lain kesempatan, insyaAllah. 


Posted

in

by