Matinya Literasi

Laporan khusus Media Indonesia 22 Juli 2015 tentang literasi di Yogyakarta ini muncul saat arus balik lebaran mulai berular-ularan di jalan raya. Judulnya pun seram, seseram angka jiwa-jiwa yang direnggut karnaval sosial setiap tahun dalam opera bernama mudik dan arus balik setelahnya.

“Matinya Literasi di Kota Pelajar”, demikian judul besar yang dituliskan Furqon Ulya Himawan. Mati. MATI. Mati. Sesuatu disebut “mati” bila tidak punya dayaguna. Kita bilang lampu itu mati karena si lampu sudah tak memancarkan cahaya. Kita bilang hape mati bila tidak bisa digunakan sedemikian mestinya.

Apakah literasi Yogyakarta sudah betul-betul mati dalam arti tak berguna lagi? Tiga artikel dalam dua halaman “Laporan Khusus” Media Indonesia ini mencoba menyorotinya. Termasuk pandangan dari kami yang bergiat di Sewon direkam di dalamnya.

Selamat mengunduh dan membacanya. Unduh di sini file pdf-nya di sini dan di sini.


Posted

in

by

Tags: