Biasa dipanggil Langit semenjak SMP untuk rebranding nama. Saya sekarang sedang menempuh studi S1 Sosiologi Universitas Gadjah Mada semester 7 yang rasanya seperti tiba-tiba mau lulus saja; padahal rasanya baru kemarin jadi maba, kuliah online, jadi mahasiswa tua. Kini sedang sibuk mengerjakan proposal skripsi yang insyaallah akan seminar proposal semester ini dan menulis beberapa artikel untuk diunggah di media.
beberapa artikel untuk diunggah di media. Sejak SMA meminati buku. Buku pertama saya adalah tentang kronik Perang Dunia II di Eropa. Semenjak itu, saya senang membaca banyak buku Perang Dunia II. Dalam satu titik, entah kenapa saya kepincut buku pemikiran politik, salah pertamanya adalah karya-karya Tan Malaka. Semenjak terlempar jadi maba, saya mulai meminati filsafat walau saya berenang di dunia sosiologi. Minat saya pada filsafat jatuh terutama pada isu eksistensi manusia, ekologi, fenomenologi, dan seksualitas. Di dunia yang lebih sosiologi, saya sangat tertarik dengan isu budaya kaum muda, terutama yang berkaitan dengan totalitasi kapitalisme yang merasuk ke dalam kehidupan kita.
Saya pun senang menulis. Baru detik ini, saya menyadari minat saya lebih condong menjadi esais daripada sastrawan karena hobi saya membaca buku ilmiah daripada karya sastra. Esais yang banyak saya pelajari gaya tulisannya antara lain Chris Wibisana dan Goenawan Mohammad. Sebagai seorang yang merintis jalan terjal kepenulisan ini, saya merasa kita tak cukup menulis hanya modal mengutip tanpa ada kebaruan. Justru menulis berarti mengumpulkan banyak pengetahuan sebelumnya untuk dilampaui atau dibelokkan agar menjadi pengetahuan baru.
Walau esai lebih memikat saya, saya tetap meminati sastra, terutama sastra politik dan filsafat. Novel favorit saya adalah 1984 karya George Orwell yang membikin saya paham instrumen totalitasi kebenaran dalam instrumen kekuasaan. Lalu novel yang menarik minat saya pada sastra dan politik kolonial adalah Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang agung itu. Tak lupa disebut juga novel karya filsuf Albert Camus juga membuat saya jatuh hati, teurtama novel The Stranger.