Kronik II: Pendidikan – Adinda Putri

02/1996

Majalah Sautul Qur’an merangkum tentang peristiwa penting transformasi kelembagaan pendidikan Institut Ilmu Qur’an menjadi universitas. Wacana transformasi kelembagaan ini menimbulkan pendapat pro kontra dari berbagai kalangan. Menurut Drs. Z. Sukawi MA, perubahan ini dilatarbelakangi tuntutan akreditasi nasional, juga untuk membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan umum. Perubahan diawali dengan mendirikan sekolah tinggi dalam bentuk akademi, yaitu Akademi Pertanian (AKPER) yang dikelola oleh yayasan IIQ, yang akan menjadi cikal bakal universitas. Hanya saja, kepastian wacana perubahan ini diikuti juga dengan kekhawatiran dari pengelola (rektor ke bawah) karena akan menimbulkan banyak tumpang tindih dalam hal pengelolaan. Menurut Mf. Nurhuda Y, ketua SMI, pendirian AKPER semata-mata untuk kepentingan bisnis belaka, di mana sebagian biaya yang didapat di AKPER akan dialokasikan ke institut. Hal ini dapat merugikan mahasiswa karena potensi ketidakmatangan universitas maupun institut secara kelembagaan. Hanya saja, pendapat ini ditepis oleh Cholidi, staf pengajar, dengan beranggapan bahwa secara ekonomi IIQ tetap independen karena dikolelah oleh tatasan yang merupakan gabungan dari beberapa kepentingan, yaitu Pesantren Al-Asy’ariah dan LPTQ Jateng untuk membumikan Al-Qur’an, politik praktis dari Golongan Karya, dan unsur pejabat di tingkat II, tingkat I dan pusat.

(“IIQ Jadi UIQ, Sebuah Proses”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an melaporkan pada 24-26 November 1995, Senat Mahasiswa Faultas Da’wah bekerjasama dengan Senat Mahasiswa Fakultas Syari’ah menyelenggarakan kegiatan Latihan Kader Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMD) dengan tema “membentuk pemimpin yang bertanggungjawab”. Kegiatan yang dihadiri oleh 40 peserta ini dibuka oleh Dekan Fakultas Da’wah, Drs. Z. Sukawi, wakil Dekan Fakultas Syari’ah yang kebetulam berhalangan hadir, Drs. Ahsin Wijaya. Bapak dekan mendukung kegiatan semacam ini dan bahkan mendorong kegiatan semacam ini untuk menjadi syarat pengurus di kelembagaan senat. Menurutnya, LKM merupakan salah satu proses mencari jati diri. Menjadi diri sendiri merupakan konsekuensi dari pemimpin yang bertanggung jawab, baik pada lingkungan ataupun pada diri sendiri. 

(“SMFD dan SMFS Selenggarakan LKMD”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an melaporkan kegiatan workshop pertama kali yang diselenggarakan oleh Teater Dahsyat untuk calon angggota baru, gabungan antara Fakultas Da’wah, Syari’ah dan Tarbiyah IIQ di Auditorium IIQ dan Curug Winong Kaliwiro, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 1-3 November 1995 diawali oleh beberapa sambutan oleh pihak penting, pemberian materi dan diakhir dengan pementasan eksperimental. Acara dibuka oleh Drs. Abdul Kholiq, selaku Kabag. Kemahasiswaan dengan ditandai penabuhan gendang. Sambutan ini diisi oleh beliau, serta Bapak Abdul Wahid Hariadi, selaku lurah teater. Kedua tokoh ini mengingatkan kepada peserta akan daya jangkau peran teater yang tidak sebatas seni gerak tubuh, melainkan hasil budaya intelektual yang tidak terlepas dari konteks sosial masyarakat saat itu. Juga,  sebagai seni teater yang berdiri atas dasar keprihatian terhadap primordialitas, teater dahsyat harus dimanfaatkan sebagai alat perjuangan dan perluasan ajaran Islam di masyarakat.

(“Pertama, Workshop Teater Dahsyat”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an mewartakan pesan-pesan penting dari tokoh aktivis silat Jet Kun Do dalam acara Ujian Kenaikan Tingkat dan Peringatan Rojabiyah di Gedung Auditorium Institut Ilmu Al-Qur’an Jawa Tengah. Tokoh-tokoh yang memberikan sambutan antara lain Drs. Muchotob Hamzah selaku Purek I IIQ Jawa Tengah, Drs. Muchotob Hamzah, dan K. Abdul Halim selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Mutakimin Kalidadap Wadaslintang. Benang merah dari isi sambutan para tokoh adalah mendorong olahraga Jet Kun Do sebagai sarana untuk melakukan dakwah agama dan mendekatkan diri kepada Allah. Bukti hasil dakwah melalui aktivitas silat ini disampaikan juga bahwa pada malam peringatan Rojabiyah pada 24 Desember 1995 terdapat salah satu anggota bernama Yuniar Setyarini pelajar SMEA Negeri Wonosobo berikrar masuk Islam dan ucap syahadat tanpa paksaan yang ditutuntun oleh Muchotob Hamzah. 

(“Jet Kun Do Pun Berdakwah”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an memberitakan tentang peluncuran wadah kegiatan mahasiswa untuk menggali potensi tentang bahasa Arab bernama IKHTIBAR (Ikatan Harokah Tarbiyah Bahasa Arab). Tepatnya pada tanggal 30 November 1995, organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menggali dan meningkatkan potensi tentang bahasa Arab, wahana olah intelektual, serta forum ukhuwah. Pengurus organisasi dipilih secara voting bertepatan dengan tanggal berdirinya, terpilih Ukhuuna Muhammad Ali Hisyam MT sebagai ketua yang didampingi oleh Ahmad Sukhaemy sebagai wakil. Mukhlas Sobary dan Alu Sya’rony sebagai sekretaris I dan II, serta bendahara diisi oleh Khotimah dan Siti Maryam. Organisasi ini terdiri dari beberapa departemen, seperti departemen intelektual dan pengembangan bahasa, aktivitas, olahraga dan humas. Terdapat peran dewan penasehat juga yang diisi oleh Bapak Fathurrohman, S. Ag, Drs. Subakir Syaerozi dan Mukromin, S. Ag. Wadah untuk berkembang ini dipantik dengan program rutin seperti kegiatan studi komparatif, diskusi rutin, kajian gramatikal, forum khitobah, dan tajribbul lughah. IKHTIBAR berdiri di bawah naungan Ubinsa, SMFT, dan SMI, serta menjadi wadah yang terbuka bagi setiap pecinta bahasa Arab di lingkungan kampus, meskipun dulunya wadah ini terbatas untuk kalangan tertentu.

(‘IKHTIBAR, Wadah Jurusan Bahasa Arab Telah Lahir di IIQ”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an menceritakan kejadian demonstrasi pada 2 November 1995 di Auditorium IIQ yang dilakukan oleh aktifis teater Dahsyat kepada pihak institut ketika Stadium General diselenggarakan untuk mahasiswa baru angkatan 1995 – 1996. Di tengah ceramah yang diisi oleh Rektor IAIN Wali Songo Semarang, Drs. H. Ahmad Lujito, terdengar suara-suara orang menyanyi diiringi irama gendang yang ternyata merupakan para aktifis teater Dahsyat yang merasa diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh pihak IIQ. Sebab, pihak IIQ telah merebut ruang auditorium tanpa terlebih dahulu memberitahu kepada mereka. Akhirnya, bapak Drs. Muchotob Hamzah, selaku Purek I, turun tangan untuk membicarakan hal tersebut dengan para demonstran yang diwakilkan oleh Fajri, Abdul Wahid, Dawud, dan Alek. Demonstrasi tersebut diakhiri dengan negosiasi dan permintaan maaf oleh pihak institut kepada teman-teman teater Dahsyat dan para demonstran menerima permintaan maaf tersebut, lalu bubar kembali menemani para peserta workshop.

(“Studium General Mahasiswa Baru di Demonstrasi”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1996

Majalah Sautul Qur’an melaporkan kegiatan perayaan Isra’ Mi’raj di fakultas Tarbiyah semester III B pada Rabu, 20 Desember 1995, 27 Rajab 1416 H, di mushilla bawah jembatan. Acara dilaksanakan mulai pukul 07.00 – 14.00 WIB. Diawali dengan simaan Al-Qur’an 30 Juz dan tahlil serta do’a khataman oleh Ustad Lutfi Rohman, selanjutnya diisi dengan penyegaran rohani oleh Ustadz Slamet MF tentang sholat baik bagi kehidupan individu dan sosial manusia. Acara diakhiri dengan tasyakuran bersama. Acara yang menghabiskan biaya Rp 35.000 ini diikuti oleh 24 orang. Hikmah dari kegiatan ini adalah ingin menumbuhkan rasa ukhuwah, motivasi untuk menghafal Qur’an, dan mendorong untuk merenung akan isi Al-Qur’an bagi kehidupan manusia. 

(“Fakultas Tarbiyah PAI IIIB Adakan Isro’ Mi’roj”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

02/1995

Majalah Sautul Qur’an melaporkan kegiatan KKL yang dilakukan oleh fakultas Tarbiyah angkatan 1993 pada 25 November 1995. Kegiatan ini dipimpin oleh Drs. M. Adib selaku dekan fakultas. Tempat yang dituju adalah Taman Siswa dan Pondok Pesantren Krapyak. Rombongan yang terdiri dari dua mobil bus tiba di Tamansiswa terlebih dahulu. Disana, mahasiswa belajar tentang sistem yang digunakan di Taman Siswa yang sangat kekeluargaan, dialogis, dan demokratis. Seperti sapaan yang sama antara siswa dan guru, serta kepala sekolah yang dipilih secara langsung melalui kongres. Selanjutnya, di Pondok Pesantren Al-Munawwir, mahasiswa bertanya dengan lurah pondok terkait santri yang ikut demonstrasi akan dikeluarkan atau tidak. Beliau menjawab sepanjang tidak memakai almamater tidak masalah, tetapi ada teguran.

(“KKL Fakultas Tarbiyah”, Majalah Sautul Qur’an, Edisi 02 Th. VI, Februari 1996)

16/04/1951

Majalah Times melaporkan bahwa seminggu sebelumnya di ruang pengadilan Sacramento telah mengesahkan sumpah setia (loyalty oath) menjadi keputusan legal. Di bawah konstitusi California, seluruh petugas fakultas dan universitas diminta untuk mengucapkan janji setia kepada negara dan bangsa, yang merupakan kesetiaan tertinggi ditunjukkan oleh warga. Pengadilan menyadari bahwa keputusan ini akan menjadi anti-etis terhadap konsep dasar kebebasan. Namun, maksud dan tujuan dari keputusan ini adalah untuk melindungi universitas dari pengaruh-pengaruh bersifat subversif, baik dari dalam maupun luar universitas. Dampak dari keputusan ini dapat memberikan efek domino ke lingkup luar universitas, mengguncang validitas hukum negara bagian California yang menuntut janji pada setiap pekerja pertahanan sipil, bahkan mempengaruhi negara bagian lain seperti Texas dan Colorado.

(“Decision on the Oath”, Times, Vol. 57 No. 16, 16 April 1951)

 16/04/1951

Majalah Times melaporkan bahwa kelompok orang Negro selatan memenangkan kejayaan pada minggu sebelumnya dalam perlawanan terhadap segregasi pendidikan. Dengan voting 61-14, wali amanat University of North Carolina menyetujui untuk menerima orang Negro  yang memenuhi syarat ke sekolah pascasarjananya untuk kursus apa pun yang tidak ditawarkan di lembaga Negro yang didukung negara. 

(“Concession at Chapel Hill”, Times, Vol. 57 No. 16, 16 April 1951)


Posted

in

by