Kronik I: Teknologi dan Teknologi Informasi – Hasyim Romadani

24/04/2005

Setelan Bionik Super, begitulah judul pada tema inovasi majalah tempo edisi 18-24 April tahun 2005 ini. Tentu isi artikel tersebut tidak membahas kemeja kotak-kotak atau polos yang biasa digunakan orang-orang pada umumnya. Setelan ini diperuntukkan bagi orang jompo dan cacat. Teknologi yang diharapkan menjadi setelan masa depan ini dinamai HAL, hibrid penyongkong tungkai. Dengan adanya HAL, berjalan, menaiki tangga, atau melakukan aktivitas dengan bebas lainnya bukan lagi hal yang mustahil bagi orang cacat atau jompo. Ini adalah inovasi menarik antara perkembangan teknologi dan penyelamatan manusia. Namun sebagai sebuah setelan HAL terhitung cukup berat, angkanya mencapat 22 kilogram. Entah teknologi ini dapat benar-benar membantu atau tidak kedepannya, saya hanya berharap tidak terjadi apa-apa pada para penggunanya. 

(“Setelan Bionik Super”, Hal 16, Tempo, No. 08/XXXIV/, 24 April 2005)

24/04/2005

Teknologi berguna untuk memudahkan aktivitas manusia, termasuk dalam peperangan. Seperti tidak ingin ketinggalan, dunia militer ikut berpartisipasi pada perkembangan zaman. Tempo, melalui artikel ini mengabarkan bahwa Amerika tengah mengembangkan camera vidio terbang. Teknologi tersebut dinamai Micro Air Vehicle. Diprakarsai oleh perusahaan elektronik Honeywell, perekam udara ini diharapkan membantu para pasukan militer AS mengetahui suatu kondisi suatu area dari jarak aman. Menjadi program militer AS dalam menjaga kemanan sumber daya manusianya. 

(“Robot Pengintai Tempur”, Hal 16, Tempo, No. 08/XXXIV/, 24 April 2005)

24/04/2005

Perkembangan teknologi mengantarkan manusia pada kebutuhan akan listrik yang tidak kunjung selesai. Langkah yang dilakukan berbagai pihak dalam mengatasi ketergantungan tersebut beragam sejak bertahun-tahun lalu. Termasuk pemberdayaan pembangkit listrik melalui energi gelombang. Tindakan ini dilakukan oleh perusahaan penyalur perlengkapan pembangkit listrik, Energetech. Dalam artikel ini teknologi tersebut berjalan dengan memanfaatkan tenaga dari gerakan vertikal gelombang laut. Prototipenya sudah dibangun dibeberapa tempat di Australia serta telah mendapat dukungan dari osalah satu perusahaan, Centre for Energy and Greenhouse Thechnologies.

(“Pembangkit Listrik Energi Gelombang”, Hal 16, Tempo, No. 08/XXXIV/, 24 April 2005)

24/04/2005

Tempo seperti biasa memuat artikel bertema teknologi dan informasi dalam pertengahan majalah mereka. Kali ini topiknya adalah internet. Ulasan dimulai dengan memotret kebutuhan salah seorang karyawan penerbitan pada internet yang stabil untuk mengakses berbagai informasi. Mengingat pengguna internet saat itu yang semakin banyak, jalur akses yang semakin padat, wajar bila isu ini perlu diangkat. Hadirlah Rich Site Summary, teknologi yang disingkat dengan sebutan RSS atau biasa diartikan Really Simple Syindication sebagai solusi. Wuragil, sang penulis menjelaskan bahwa dengan adanya alat bantu internet ini seseorang tidak perlu menghabiskan waktunya mencari berita. Tak lagi mesti mengunjungi satu per satu situs yang diinginkan. RSS sudah dengan otomatis dapat menampilkan berbagai berita dari berbagai situs dalam satu jendela sekaligus.

(“Berita Datang Lekas Tanpa Loper”, Hal 62-63, Tempo, No. 08/XXXIV/, 24 April 2005)

27/05/2007

Tema teknologi pada majalah Tempo dapat dengan mudah kita cari, khususnya pada terbitan lama. Sebut saja artikel berjudul “Gadget Untuk Insomnia” ini. Sangat terbalik dengan kondisi saat ini bukan, saat gadget menjadi salah satu alasan utama seseorang tidak kunjung tidur. Alat ini dikembangkan oleh Giulio Totoni, seorang profesor di salah satu universitas Amerika Serikat. Seperti judulnya, tujuan alat ini adalah membantu penderita insomnia untuk bisa tidur lebih cepat. Dengan mengirimkan sebuah sinyal ke dalam tengkorak yang diklaim aman bagi manusia, teknologi ini akan mengurangi kinerja otak dan mendorong rasa kantuk. Setelah beberapa kali diuji, gedget ini terbukti dapat mengantarkan seseorang tidur ke tahap tiga—tidur nyenyak—bahkan lebih.   

(“Gadget Untuk Insomnia”, Hal 16, Tempo, No. 13/XXXV/, 27 Mei 2007)

25/11/2007

Satu dekade yang lalu listrik tidak merata di berbagai wilayah Indonesia. Bisa jadi sampai hari ini. Dengan kondisi tersebut banyak aktivitas masyarakat yang terkendala, termasuk menonton TV. Seperti pada kasus Suyanto yang dicontohkan Tempo pada artikel berjudul Obat Buat Pecandu TV ini. Tenaga listrik yang sehari mati, sehari hidup dapat membuat kesal seseorang yang menantikan tayangan menarik televisi. Butuh alat yang tidak terpengaruh oleh keadaan pasang surut tersebut. Hadirlah ponsel televisi. Sebuah ponsel yang biasa digunakan untuk berbagi pesan SMS atau bertukar telpon yang kali ini dilengkapi dengan fitur televisi di dalamnya. Orang-orang dapat tetap menonton tayangan kesukaan mereka tanpa terlalu terganggu kondisi listrik, bahkan bisa nyambi makan, berhalo-halo, dan kerja sekalipun. Sungguh visioner.

(“Obat Buat Pecandu TV”, Hal 50-51, Tempo, No. 25/XXXVI November 2007)

28/09/2008

Tempo memuat satu artikel menarik seputar teknologi, judulnya “Komputer Remote”. Menjelaskan inovasi baru yang dilakukan oleh Intel Co., yang katanya dirancang untuk merespons kebutuhan kehidupan modern. Teknologi bernama Komputer Remote ini membuat mobilitas pengguna komputer menjadi lebih mudah dan hemat energi. Bagaimana tidak, alat ini mampu membuat komputer yang berada dalam keadaan sleep mode bisa langsung berfungsi otomatis. Jadi komputer tidak perlu lagi selalu menyala penuh. Bisa diistirahatkan, dan aktif otomatis saat dibutuhkan. Energi yang awalnya 60 watt perjam kini bisa ditekan menjadi 10 watt saja. Tapi lagi-lagi ini masa lalu, perkembangannya tidak bisa dibandingkan dengan kondisi saat ini. Dulu ini sudah cukup membantu, bahkan sangat.

(“Komputer Remote”, Hal 16, Tempo, No. 3731 September 2008)

28/09/2008

Perkembangan teknologi sedari dulu telah mencengangkan. Sama halnya dengan jubah tembus pandang yang dimuat Tempo. Ya, ini merupakan teknologi yang didesain untuk membuat suatu benda jadi tembus pandang, atau lebih tepatnya terlihat tembus pandang. Terinspirasi oleh cerita fantasi Harry Potter, banyak ilmuan mengembangkan teknologi tersebut. Tidak hanya pada saat artikel ini diterbitkan, empat tahun sebelumnya telah ada beberapa pihak yang mengembangkannya. Kali ini teknologi mantel tembus pandang ini dikembangkan oleh para peneliti Berkeley. Entah apa kegunaannya, menutupi mesin perang seperti tank atau membantu anak-anak saat bermain petak umpet saya sepakat dengan pernyataan Marzan Iskandar. Indonesia lebih membutuhkan teknologi yang riil bagi masyarakat.

(“Mantel Harry Potter dari Berkeley”, Hal 56, Tempo, No. 3731 September 2008)

28/09/2008

Dunia virtual ternyata sudah sejak lama ada dalam perkembangan teknologi kita. Bukan hanya hadir belakangan ini. Tempo memuat artikel berjudul Ramai-ramai Kuliah Virtual pada tahun 2008. Sudah 14 tahun lalu dari sekarang, 12 tahun lalu sejak istilah tersebut populer kembali di masa pandemi Covid. Kuliah virtual ini berlangsung di jagat maya bernama Second Life. Second Life sendiri dijelaskan sebagai semacam permainan virtual yang dapat menyambungkan setiap orang dari seluruh dunia. Diluncurkan pada 2003, game tersebut mendapat antusias besar dari dunia akademis. Di dalamnya seseorang bisa mendesain karakternya seperti yang dia mau, mengikuti berbagai kegiatan, yang salah satunya adalah kuliah virtual. Lebih dari 300 universitas dilaporkan telah memiliki lahan virtual di Second Life. Ada beberapa universitas ternama yang telah menggunakan inovasi ini, Universitas Havard, Universitas DeSales Pennsylvania, Universitas Ohio, serta San Jose State University. Inovasi internet sungguh luar biasa, tercatat hampir semua universitas di Amerika telah membuka e-campus.   

(“Ramai-ramai Kuliah Virtual”, Hal 58, Tempo, No. 3731 September 2008)

28/09/2008

Tempo memuat artikel tetang teknologi satelit. Lintasara sebagai pihak pemberi layanan yang telah memiliki pengalaman 20 tahun di bidang komunikasi data dan internet provider mencoba melakukan penetrasi ke sektor migas. Masalah eksplorasi, produksi, transportasi, refining, dan marketing dinilai mampu diatasi oleh mereka. Teknologi satelit ini mampu mengakomodir kebutuhan ICT di sektor migas. VSAT Link, dengan jaringan yang luas dan clear channel bisa menjangkau wilayah-wilayah operasi migas yang letaknya di remote area untuk masalah eksplorasi dan produksi. Dalam menangani masalah transportasi, refining, marketing VSAT Link juga bisa diandalkan. Kebutuhan komunikasi dan konfigurasi dua arah tersebut bisa diakses melalui satelit dengan kecepatan trafik data sampai 2 Mbps. Singkatnya teknologi satelit ini memudahkan segala mobilitas sektor migas. 

(“Aplikanusa Lintasarta: Memberi Solusi Total ICT Migas”, Hal 133, Tempo, No. 3731 September 2008)


Posted

in

by