Kronik I: Pendidikan – Adinda Putri

1997

Tilawah memuat dialog antar agama yang digagas oleh Prof. Dr. Mukti Ali ketika ia menjabat sebagai menteri agama. Dialog agama ini berlangsung beberapa kali dimulai pada tahun 1971 kemudian pada tahun 1972/1973 di Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan  Medan. Serta Ujung Pandang. Pada tahun 1973/1974 di Manado, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin. Pada tahun 1974/1975 di Kupang, Bandung, Semarang, Pontianak, dan Jakarta. Pada tahun 1975/1976 di Ujung Pandang, Medan, Sukabumi, Malang, dan Solo. Dialog ini sudah beralih ke dialog ditingkat kampus. Peserta dialog merupakan para intelektual yang sudah terbiasa berbeda pendapat. Kesimpulan dari dialog ini adalah supaya diadakannya kerukunan dan toleransi umat beragama, kode etik pergaulan dan penyebaran agama, wadah kerja sama antar agama.

(Membidik Dialog Agama, Tilawah, Edisi II/ Tahun VI/ 1997)

1997

Tilawah memuat pendelegasian utusan oleh Departemen Agama pada Dialog Antar Agama Internasional. Dialog ini dilakukan pada tahun 1970 di Ajaltoun, Libanon, tahun 1970 di Vatikan, Roma Italia, tahun 1972 di Broumana, Libanon, tahun 1974 di Sri Langka, tahun 1975 di Hongkong, tahun 1976 di Chambesy, Jenewa. Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya keinginan untuk saling memahami antar pemeluk agama, larangan menyebarkan agama kepada pemeluk agama lain, menghindari konflik antar agama, pengembangan dialog pada bidang sosial dan intelektual, dan diteruskan dialog-dialog agama lainnya. Sayangnya, setelah Mukti Ali tak lagi menjabat tak ada dialog agama lagi.

(Membidik Dialog Agama, Tilawah, Edisi II/ Tahun VI/ 1997)

11 / 1998

Mimbar Pembangunan Agama mewartakan penyuluhan SK Menag Nomor 84 tahun 1996 tentang penanggulangan kerawanan kerukunan hidup umat beragama oleh Kasubag Humas Kanwil Depag Prop.Jatim. Acara ini Bertempat di Aula I Kadenpag Kab.Blitar pada tanggal 16 September 1998. Acara tersebut dihadiri oleh Kanwil Depag Prop Jatim. Bupati Blitar, Ka Kejaksaan Tinggi Negeri. Kakansospol, alim ulama, Kakande pag Kab/Kod. beserta para pejabat terkait, Ka KUA, takmir masjid Besar kecamatan, Ketua PZA Keca matan, tokoh agama Kab./Kod. Acara ini bertujuan sebagai pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menyebarluaskan/ memasyarakatkan kerukunan hidup umat beragama serta mewaspadai kerawanan dan konflik. 

(Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Mimbar Pembangunan Agama, No. 146/Tahun. XIII /Nopember 1998)

11 / 1998

Mimbar Pembangunan Agama mewartakan Musyawarah Daerah II Majelis Ulama Indonesia Kab.Sidoarjo. Acara ini bertempat di Graha Telkom pada tanggal 5 September 1998 setelah dalam kurun waktu 22 tahun diselenggarakannya Musda I. Acara ini dihadiri oleh para ulama se Kab. Sidoarjo ditambah dari instansi terkait seperti dari Depag, Depen, Dinas Transmigrasi, Bagian Sosial Pemda Sidoarjo, dari unsur Perguruan Tinggi, Muslimat NU, Fatayat, Aisiyah dan Al Hidayah yang keseluruhan berjumlah 125 orang. Dalam amanat tertulisnya Bupati Sidoarjo mengharapkan agar MUI di tengah reformasi ini tetap respon sif dan tanggap atas perubahan wacana global yang terjadi ditengah masyarakat. Musda kali ini mengambil tema “Dengan Musda MUI Kita Wujudkan Ahlaqul Karimah”, dan berhasil memilih pengurus MUI masa bakti 1998-2002. Sebagai ketua dan wakil adalah KH Ahmad Salman dan KH Sulhan Yusni.

(Musyawarah Daerah Majlis Ulama Indonesia Sidoarjo, Mimbar Pembangunan Agama, No. 146/Tahun. XIII /Nopember 1998)

11 / 1998

Mimbar Pembangunan Agama mewartakan nikah massal penghuni Panti Karya Rogo Pinardi. Nikah massal ini dilaksanakan pada tanggal 17 September 1998 di Balai Nikah Kec.Trenggalek. Nikah massal ini diikuti 4 pasangan suami istri. Menurut laporan dari Kepala Panti Drs. Wigyo Hernowo diadakan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 53 dan Hari Kesetiakawanan Sosial serta dalam upaya merehabiliasi penghuni Panti Karya yang sudah punya niat. Setelah dilaksanakan pernikahan, yang bersangkutan akan mengikuti program transmigrasi.

(Nikah Massal Penghuni Panti Karya Rogo Pinardi, Mimbar Pembangunan Agama, No. 146/Tahun. XIII /Nopember 1998)

2002

Tilawah mewartakan kembalinya NU kepada khittah 1926. NU yang semulanya bermain politik, merubah arah perjuangannya ke jalur kultural atau apolitis. Hal ini ditetapkan pada muktamar NU di situbondo tahun 1984. Persoalan politik mulai tidak diperhatikan. NU membentuk lembaga-lembaga yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia hingga isu-isu demokratisasi, pluralisme, hak asasi manusia, dan gender.
(Post-Tradisionalisme Islam, Tilawah, Edisi 08/Th.XI/2002)


Posted

in

by