Kronik I: Kemanusiaan – Adil Al Hasan

02/01/2011

Majalah Tempo mengabarkan bencana di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dilumat Bah pada Senin pagi, 4 Oktober 2010. Itu diakibatkan oleh hujan yang mengguyur semalaman dan meluapkan empat sungai yang melumat kota sepanjang 23 kilometer itu. “Lumpur, batu-batu sebesar metromini, dan batang kayu seukuran drum dalam sekejap menimbun kota. Lanskap sejarah kota itu tumpas dalam sekejap. 

Banjir itu hanya 20 menit. Sejak kota ini mulai dibangun pendeta Izak Samuel Kijne, misionaris Kristen dari Jerman 140 tahun yang lalu, sungai tak pernah meluap, parit kering pada saat kemaraa. Maka ketika tiba-tiba permukaan air naik, penduduk Wasior panik. Mreka tak sempat menyelamatkan diri, apalgi menolong orang-orang terkasih. Korbannya ada 174 orang dan lainnya hilang, lebih dari 5000 jiwa mengungsi. 

Tokoh penting di sana adalah Guru SD Inpres Wasior, Ferry Imbiri (38). Dia menyelamatkan banyak anak dengan meliburkan sekolah. Mencangking tujuh orang di tanganya yang kurus sambil terseret arus hingga satu kilometer. Cerita heroiknya merebak di Wasior. 

Selain itu, anggota RAPI yang membuka jalur komunikasi radio ketika sinyal dan alat percapakan lainnya lumpuh. Tragedi Wasior pun tersiar ke seluruh dunia. 

Kemudian ada, Puput Lestari, pemilik restoran di Jalan Topai, dekat kantor lama Bupati Teluk Wondama, di pusat kota Wasior. Dia menampung dan memberi makan sekitar seriu pengungsi di Wasior. Pada hari pertama sampai ketiga, bantuan minim dan keadaan kacau. 

(Wasior Kota yang Dilumat Bah, Majalah Tempo, edisi 27 Des 2010-2 Jan 2011)

02/01/2011

Majalah Tempo memberitakan tsunami di Mentawai, Sumatera Barat yang menewaskan 510 jiwa, 54 orang hilang, dan ratusan rumha hancur berkeping-keping. Murka alam di Mentawai itu datang tiba-tiba menjelang tengah malam, 25 Oktober 2010. Tanpa belas kasihan, gelombang laut setinggi 15 meter yang muncul setelah gempat, menerjang sejumlah perkampungan di Peulauan Mentawai, Sumater Barat. Tipis harapan bagi warga untuk menyelamatkan diri. Maut sulit dielakan. 

Medan Mentawai yang berat, terletak di dekat Lautan Hindia, dengan gelombang laut yang tinggi, membuat para korban jauh dari jangkauan pertolongan. Insfrastuktur yang minim menyulitkan pengiriman bantuan. Di tengah situasi sulit, beberapa warga menaruhkan nyawa untuk menolong sesama. Mereka bergerakan cepat dengan kemampuan seadanya. 

Tokoh pahlawan di sana adalah Jersanius Samaluisa. Kematian anak-istri tak menyurutkan langkah menyelamatkan Bumi Sikerinya. Selain itu ada Kepala Regu Penyelamatan (rescue) tsunami di Mentawai, Suharjoni, yang dijuluki Sapujagat Evakuasi Mayat. Baginya penyelamatan merupakan harga mati pertolongan pertama, Pantang pulang sebelum semua mayat terangkat. 

Selain itu, ada Kortanois Sabealake. Dia yang pertama menyisir daerah yang tersapu tsunami di sepanjang Pulai Pagai Selatan. Membangun rumah pengungsi tanpa bantuan pemerintah. 

(Pengabar dari Dusun Muntei, Majalah Tempo, edisi 27 Des 2010-2 Jan 2011)

02/01/2011

Majalah Tempo mengabarkan Tim SAR DIY menjadi kelompok evakuasi paling cepat. Bergerak tanpa dana pemrintah. Lereng hijau di kaki Merapi itu kini sepertibekas medan pertempuran. Debu dan material panas yang menyembur dari perut bumi menyisakan arang di pepohonan dan bangunan. Hitam legam. Sebagian penddukan masih mengungsi. Ternak ditinggalkan merana. Perkampungan di kaki gunung itu berubah menjadi padang tandus denhan lapisan pasir setinggi orang dewasa. 

Itulah letusan terdahsyat Merapi dalam satu abad terakhir. Awan panas alias wedus gember dan bebatuan dengan bahang melebihi seribu derajat Celcius membawa mala. Sejumlah desa di Sleman, Yogyakarta, dan Magelang, Jawa Tengah, sengsara diamuk gunung api paling aktif sedunia itu. Sebanyak 279 orang meregang nyawa. Namun, pada saat tangan pemeirintah tersandera prosedur birokrasi, asyarkat sigap menolong diri sendiri. Dengan tenaga, alat, dan dana seadanya. 

Selain itu, ada Agus Wiyarto. Kengototannya memerintahkan pesongan rumah Maridjan telah menyelamatkan puluhan orang. Sebeleum letusan, ia menggelar sosialisasi bahaya Merapi. Ia juga menyediakan rumah untuk pengungsi. 

(Kisah Tim Gerak Cepat, Majalah Tempo, edisi 27 Des 2010-2 Jan 2011).


Posted

in

by