Klub Nonton #11: That Sugar Film

Penghujung Mei lalu, Financial Times melaporkan kalau Nestle menyimpan dokumen yang membuktikan lebih dari 60% produk mereka tidak sehat, dan mau diapa-apakan pun tetap tidak akan sehat.
Kabar ini tidak mengejutkan, mengingat produk makanan dan minuman kemasan sudah lama dipermasalahkan dampaknya bagi kesehatan. “That Sugar Film” (2014) merupakan salah satu dokumenter yang mengulik topik ini secara mendalam. Sutradara Damon Gameau menelusuri industri makanan dengan berfokus pada gula, unsur yang terkandung dalam 80% produk makanan dan minuman masyarakat modern. Ia juga menguji dampak gula dengan tubuhnya sendiri.
Dengan “That Sugar Film” sebagai pengantar, Klub Nonton Radio Buku akan mendiskusikan tentang kecanduan manis, produk makanan ultraproses, sampai kebutuhan makanan masyarakat modern.
Notula Diskusi

Reyhan: Gula mematikan tapi karena dibutuhkan oleh raksasa industri jadi dibantu untuk disembunyikan… Gula menimbulkan candu tapi dapat tempat di pasar. Karena banyak penelitian yang bicara gula jelas akan mengancam industri yang mungkin tiap tahun akan dapat mendapatkan keuntungan berjuta dolkar. penyakit yang dekat dengan gula dekat dengan kemiskinan menutup akses pada makanan segar. yang tersedia di hadapan kita bukan pilihan kita tapi dipilihkan kita tak punya pilihan karena sudah tak punya tanah seperti di aboridgin. Di Indonesia juga tanah banyak hilang jadi bandara, toko dll. Akses masyarakat dapat makanan dari tanah makin dikit. penggantinya dari indomaret, dindo grosir.


Faris: Aku tadi nonton samping adul ketawa banyak mengagetkan dari segi sinematigrafi, banyak main grafis, greenscreen dan sebagai satu film dokumenter itu gak flat enak cukup lumayan dinikmati. film dokumenter basisnya adalah merekam peristiwa diframing dalam perspektif tertentul di dalamnya ada banyak data dari banyak narasumber terkait film dan isu yang ingin dituangkan dari banyak film. human sourcenya dari banyak anrsum. ga flat kayak banyak narasumber. ga cuma duduk, ada di merk sirup, dll dan banyak di tempat yang ga ketebak. Di segi ppenulisan narasinya sangat komedik. Banyak yang kutemui gergernya. sebenarnya isu yang ingin disampaikan serious, sebelum nonton film berrryl searching kenyataan pahit tentang gula. kalimat ini aja menggelitik gula pahit. kepowriting banget. mudah dicerna orang awam kukira. dan aku menggarisbawahi dari scene-scene awal ini isu kelas menangah.

Fitri: nonton film ini hampir 80%nya aku dah paham. karena 2019 awal aku pernah diet waktu itu beratku 57Kg dan ga nyaman, mudah capek. Akuputuskan diet dan olahraga teratur, dan selama fase itu belajar nutrisi makanan di youtube, jurnal kesehatan dan forum-fotrum. Sebenarnya kalau kita makan makanan biasa yang kita makan dan dianggap jahat kaya nasi padanga karena kolesterol tinggi itu lebih baik dari pada masak makanan ultraproses karena paling tidak ia masih makanan asli: real food yang tidak banyak berubah. kalau sudah diubah jadi tepung jagung, sirup jagung, isinya sudha berkurang banyak. Jus juga selama ini orang mikir jus sehat. Dulu kerja di jus minum tiap hari. Jus tidak separah pepsi, tapi mengurangi nutrisi dari buah jadi cuma gula, itupun masih ditambah gula dan kental manis. Ternyata gula juga. karena apel perlu proses mencerna itu banyak, ada serat yang mengenyangkan dan memperlambat proses pencernaan gula jadi pelan, bukan kaya tsunami. Makanya kalau makan selalu dikasih rekomendasi ada seratnya, proteinm dan karbohidrat. itu bukan cuma soal nutrisi beragram, tapi kalo dicerna itu terperlambat.

Ica: kalau jusnya cuma diblender kaya smoothies?

Fitri: Sebenarnya gapapa minum jus. Cuma perlu dipahami itu ga memenuhi nutisimu. Bagian dia masuk hati tadi. Ada temen bilang nasi putih penyebab diabetes, dan beralih ke sorgum. Itu baik, tapi nasi butih ga bisa dikambinghitamkan. nasi putih bisa sehat asal makan pake sayur dan olahraga. Pemahamanku soal makanan selama ini ternyata rendah banget. Dulu cuma makan oat, telur rebus, apel. Itu kerasa banget yang dulu berasa lemes, dulu siang-siang udah pengen tidur, habis makan siang. Habis diet berasa enteng banget. Jadi lebih fleksibel efisien. terus jadi lebih enak aja. Sekarang sejak pulang ke rumah kemarin bener-bener puasin makan. Sekarang harus kembali beralih ke fase sebelum itu.

Ica: ==Ngerasa ga sih habis tau makanan sehat kaya apa, lebih mahal ga sih? Yang ga sehat gampang diakses tanpa harus tahu bentuk menunya. Buah itu mahal, ngerasa kan? Beli apel aja 20 ribu sekilo. Kalo bikin banyak biar ga bosen, mahal. Oat aja mahal. Jadi aku ngerasa kaya film ini bagus ngasih tau kita less sugar dan ganti bentuk diet kita jangka panjang, dan orang kayak kita susah dapetinnya. ==

Fitri: Aku dulu malam makan oat, aku ngitung per porsi waktu diet ga jauh beda dari kalo makan di luar. 8-10 ribu tergantung apel lagi mahal atau murah. ga jauh beda. kayaknya semua bisa diakali disubtitusi, pepaya murah. apel, (faris: bengkoang murah.) sayur juga murah. Cuma kita butuh effort buat ngolah. (Adul: Waktu). Dulu siang makan rocket chicken, malam diet. Ini tergantung kondisi keuangan, cuma aku waktu diet merasa ga jauh beda keuangannya. Sebelum diet juga jarang makan jajanan kemasan. Tapi bener-bener waktu diet dulu, es teh jogja manis banget. Orang Jogja suka kasih gula banyak. Bener kerasa waktu masa diet 6 bulan, waktu minum es teh gula dikit kerasa manis banget.

Berrylmasalah murah tidak murah itu karena produksinya banyak jadi bisa murah banget., Jadi meakanisme pasar bikin gula murah. Kalau kebutuhan banyak,kita digenjot pproduksi gula. jadi murahm ditambahin ke mana pun murah,. ini sifting katanya ptrofesor tadi 50 nmilyar dolar, jauh lebih gede dari industri tembakau. maka kalau mau mendemoniasi gula susah. Kenapa mahal, balik ke kita kelas menengah jauh dari wilayah produksi. kalau aku balik lagi ke rumah, buah banyak sampai bingung mau dijual ke mana. Ada talok, markisa, belimbing, pepaya. Kaya buah itu dianggap bukan buah konsumsi orang sehat padahal sama-sama buah. Kalau kita bicara buah sehat itu apel, buah kategori diet sehat, jadi kita merasa itu mahal. karena kita jauh dari lini produksi. Pohon depan itu jarang yang ambil, cuma aku fitri mas sapta, yang dekat dengan buah itu. perspektif itu yang bikin kita merasa buah mahal. Aborigin dulu berburu meramu disifting ke perilaku konsumerisme, yang berubah adalah bidang kesehatan, ga bisa balik ke produktif, jadi balik ke yang paling murah. gula paling murah, jadi itu yang dipilih dan mendominasi. Kalau tadi nyinggung ke Industri, aku kecanduan rokok dan kita tahu ada dialektika yang cukup keras di dunia perokokan, ada boleh merokok, komunitas kretek, mempopulerkan rokok sebagai budaya, dan bilang kalau konsumsinya begini sehat. Agak susah kalau bicara kebenaran dengan perspektif orang teradiksi, dan aku melihat ini nilai ekonominya besar ya bakal lebih seusah lagi memngubah perilaku konsumsi masyarakat. Balik ke sinematografi, aku mengangap ini menarik memberikan informasi serem dengan cara menyenangkan, aku kaya mildnya sebuah penderitaan. Aku penrah punya temen kecanduan gula habis nontron film ini berusha berhenti sakau bener-bener panik attack, berhenti mendadak, terus ya buat tubuh gula punya koneksi pada hati tubuh dan otak, aku lihat di sakau, juga aku sakau berhenti merokok dan aku geter. itu problem yang perlu kita hadapi, dan itu ya mau tidak mau kita bakal hadapi di tengah masyarakat yang konsumtif ini

Faris: Abad 17-18 gula jadi komoditas utama dunia. Di nuasantara banyak lahan jadi pusat perkenbunan gula. Kultur stelsel salah satunya adalah gulaisasi.

Dhani: Industrialisasi salah satu akar problem modern. Logika industrialisasi yang kalipatilstik adalah produksi sebanyak2nya tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang. Dulu produksi demi mencukupi kebutuhan, sekarang ga peduli akrena pasar bisa diciptakan. Jadi kalau lihat industri sekarang, banyak menciptakan barang tidak esensial. Kalau revolusi industri 18-19 saat itu du eropa ada di persimpangan jalan di pilih industri, kemakmuran meningkat tapi masayrakat dipakjsa menampung over produksi, atau ga berubah tapi ekonomi gitu-gitu aja. Dan dunia milih industrialiasi. Sekarang gerakan hidup sehat benturannya pasti ekonomi karena ekonomi kita sekarang bertumpu pada kelebihan produksi. Kenapa yang dapat intensif keluarga besar, sementara rakyat sembakau dipajaki. Pleidoinya, mereka karyawan banyak dan mesti dihidupi. Makanan sekarang berlomba-lombanya dengan iklan. di jaman kajian awal belum masuk jadi faktor, adiksi konsumen belum. skerang lebih rumit dari abad 19. kita ga bisa lagi pakai hipotesis yang ditawarkan dari periode itu. kelemahannya juga, produksi industrialnnya kalah dengan yang model produksi berlimoah bermasalah. Jadi kalau balik ke yang sehat, ekonomi kita ga siap. Hal -hal yang lain kukira turunannya.

Berryl: aky tertarik banget montain dew, anak 3 tahun sudah kecanduan. Itu ironi. Kita mengafiliasi di indonesia produk dengan asosiasi. Coca cola dengan perayaan, dan kalau sejak kecil sudah begitu.

Dhani: orang mikir susu formula

Berryl: Afiliasi produk dengan sendi kehidupan itu mengakar dan jadi masalah. orang tua kita dulu pasti punya padanan. Tapi karena produksinya ga signifikan jadi ga dipasarkan. Kaya mulberry dibilang siapa yang mau beli. Ale juga bilang kelor dibuangin. Itu cocok dikonsumsi orang urban padahal, tapi buat orang desa yang ekses terhadap itu ga terlalu ngaruh. Bener kata faris ini masalah kelas menangah. Ini juga, afiliasi produk gula dengan warna cerah.

Adul: ini dokumenter partisipatoris performatif. si sutradara mengikuti proses pembuatan film ini.
performatif maskudnya banyak ekspresi visual. Ini banyak tonal warna dingin.
walaupun banyak warna panas gula, ini background harus jadi warna dingin. Objek panas, background dingin, supaya objeknya menonjol. Gula dulu warnanya coklat. Ga cerah-cerah banget. Kalau memang pembawaannya serius. Aku punya pengalaman kurang bagus dnegan gula. Umur 2-5 tahun banyak makan es nonstop kena bonkritis jadi sampai harus cek darah sebulan sekali sampai umur 7 tahun. Saya cukup makan dengan trasi dan garam.

Ammar: sebenarnya ketika gula di… industri ya terutama, karena ada mekanisme kerja, modal, produksi ga terbendung… aku tanya: salah ga sih kalau aku spektis dengan niat baik pembuatan film ini? Apa ada yang diuntungkan dengan ini? Kalau ganja produk alam dilegalkan, yang mati industri apa. Aku penasaran aja, siapa sih yang diuntungkan? Indonesia biru ada energi terbarukan. Diliat dari perspektif lain ini baik juga.

Berry: Aku ga tau persentasi makanan di jogja dengan makanan kemasan, larinya ke mana. Kultur itu diciptakan. Jogja selalu manis karena ada pabrik gula paling mula. Karena kalau bicara bagaimana konstruksi gula membentuk konstruk kultur itu tidak alamiah, ekonomis.

Fitri: kalau di sini paling disorotin makanan pabrikan yang ga bakal enak kalau ga ada gula. Sementara ada beberapa kategori pemrosesan makanan: ada makanan yang diproses minimal. ada 4 grup: 1 proses apa adanya, 2 produk diolah untuk masakan, 3 diawetkan, 4 ultraproses. Kalau makanan jogja, satu porsi banyak gula untuk banyak orang. makanan ultraproses, banyak gula untuk satu produk.

Ammar: tetanggaku melakukan rutinitas membentuk kultur: dulu sudah mengontrol gula, kalau pagi kaya kampanye dokter “pagi sarapan ya” tempatku ga ada.

 

Faris: aku tertarik gimana kalau gula ga ada, apa gantinya. Sebenarnya sebelum gula ditemuin, masyarakat kita peradabannya kayak gimana?

Berry: gula manisnya konsentrat, tebu diperes, airnya dikristalkan. Dulu rasa manis dari mana, ya dulu semua buah dapet dari rasa manis. Sama kaya pedas dulu ga ada.

Fitri: aku merasa waktu aku kecil keluargaku bukan ekonomi stabil. Kami ga bisa membeli makanan prosesan. Tapi saat sekarang udah besar dan independen secara ekonomi… di amerika obesitas susah dihindarikarena makanan kfc junkfood, kalau di jepang ada bento yang lebih baik dari kfc. kupikir ini masalah konteks tempat. kaya kita di jogja mau beli sayur ga sulit, kalau daerah utara juga banyak, jadi ga semua orang di sini ga harus pergi ke mcdonald kfc. Ini masalah kelas menengah ini tergantung di wilayah mana.

Faris; ini kelas menengah, karena untuk meraih kesadaran ini masyarakat kelas bawah ga relate karena terlalu ribet untuk mikir ininya. Di film ganti ke sehat gampang, sementara kita bakal susah untuk lari ke biasa.

Faris: ini konstruk di masyarakat kaya kalau tehnya kurang manis dianggap apa, kalau coklat lebih mewah dari gula jawa, tanaman tumbuh di kebun berryl ga laku padahal ada konstruk. ini ada banyak

Ammar: slow life sama fast life, bagaimana menyikapi hidup. Mungkin ke aktivitas orang semua dimudahkan. Dulu itu ga mudah mengakses gula, jadi ga akan masalah.

Reyhan: Kalau gula bahaya, orang Jogja suka manis gimana? Ini problem ga bisa digeneralisir, misal aku dulu pernah nonton kampanye bagaimana ikan paus dan hiu ditangkapi terancam punah karena ditangkap kapal besar, tapi yang dikecam justru budaya yang kecil. Masalah gula bisa jadi masalah ekonomi generasional, kultur. Di NTT aku percaya basis pengetahuan masyarakat adat sesuai dnegan yang ada di lingkungannya. dulu konsumsi gula segitu karena adanya segitu. Orang di NTT juga orang menyajikan nasi ya cuma buat ngimbangin kakak-kakak aja karena takutnya ga kuat makan jangung. Aku mikir aja soalnya kopi kaya sirup, dan mereka taunya orang jawa disuguhkannya yang manis. Kita merayakan momen cinta orang dibulan valentine kasih coklat. Makanya agak kompleks. Pertanyaannya Ammar soal gula, itu penggantinya apa. Kembali ke mula bakal sangat susah. yang tadi disampaikan di ujung film bagus, gula ga jahat, tapi lebih baik dibuang.

Faris: bakal menarik kalau narasumbernya atlet.

Berryl: pertanyaan besarnya dari film ini, ada yang habis ini mau ngurangin gula ga?

Faris: aku pernah puasa gula sehari, mulutku ga cuma kepoh, kaya sampah.

Berryl: miskin itu diet paling baik.

Fitri: aku pernah baca curhatan di grup fb ada orang ga bisa minum air putih, harus ada rasa-rasanya, mual.

Ammar: aku ga berhasrat ga ada mengurangi gula, tapi lebih ke ingin olahraga.

Fitri: ada olahraga yang menjadikan gula sebagai bahan bakar, kalau menurunkan berat bada olahraga yang lemak sebagai bahan bakar. Setahuku itu butuhnya gula. Lemak itu aerobik.

Faris: fakta harga susu lebih mahal dari minuman bersoda itu jadi masalah.

Berryl; replikasi produk yang membuat dia bisa jadi industri. yang ga bisa bakal jadi produk khusus.

Ammar: makanan sehat itu gimana to?

Berryl: ini konteksnya di barat. kamarin aku baca kematian tidak wajar negara seluruh dunia. Inonesia asia kebanyakan struk,muncul 1960-70an, sebelumnya gara-gara penyakit pes, (dhani: santet), tbc, cacar, malaria. 60-70 naik drastis di struk karena negara kita makin kaya, ada produksi di jor-jorin, makanan kemasan, dan adiktif.

Diketik ketika acara oleh Ageng Indra
Banyaknya typo mohon dimaklumi.

Dokumentasi foto oleh Abdurrahman Kholid Rusadi dan Ageng Indra


Posted

in

by

Tags: