Category: Esai

  • Petrus Suryadi Sutrisno | Mencermati Tamatnya Edisi Cetak Majalah Newsweek

    Majalah Berita Mingguan “Newsweek” yang terbit dalam dua belas bahasa di New York, AS dan beredar jutaan eksemplar di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia 31 Desember 2012 muncul dengan judul sampul “Last Print Issue” dan tidak akan pernah muncul lagi setelah berusia 80 tahun.

  • Maman S Mahayana | Posisi Puisi, Posisi Esai

    Ketika jurnalistik berhadapan dengan tembok kekuasaan, sastra dapat digunakan sebagai saluran”. Begitu pesan Seno Gumira Ajidarma dalam buku antologi esainya, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (1997). Pesan itu juga sebagai bentuk pertanggungjawaban estetik atas sejumlah cerpennya yang berkisah tentang berbagai peristiwa aktual dan faktual. Secara cerdas, Seno menunjukkan posisi sastra yang bisa begitu lentur […]

  • Melmarian | 5 Cover Novel Terjemahan Terjelek

    Tadinya saya sempat ragu-ragu dalam menulis post ini. Ada wacana dari teman-teman BBI untuk mempost cover buku terjelek versi masing-masing, bukan untuk mencaci maki melainkan sebagai kritik yang membangun. Sebagai bukti bahwa kami para blogger buku peduli, bahkan sampai mengenai cover atau sampul buku.

  • Arman Dhani | Lima Buku Tak Layak Terbit 2012

    Menulis buku tak pernah mudah. Tapi bukan berarti setiap karya yang lahir harus diapresiasi dengan gegap gempita. Saya ingat dalam sebuah otobiografi, The Nightmare of Reason: A Life of Franz Kafka yang disusun Ernst Pawel, Kafka pernah hendak membakar semua karyanya karena dianggap tak layak baca. Beruntung naskah itu tidak jadi dibakar, karena semua orang […]

  • F. Daus AR | Makassar, Urbanisasi, dan Penulis

      Sejarah para penulis di Makassar adalah sejarah lain dari urbanisasi. Saya memulainya dengan kiprah Retna Kencana Colliq Pujie (Arung Pancana Toa) pada tahun 1852 yang menuliskan kembali epos La Galigo, meski hanya sampai 12 jilid. Hasilnya, pengingatan kesadaran, sejarah, dan asal-usul dari epos tersebut dapat dijamah oleh generasi sekarang.

  • Muhidin M Dahlan | 2 Buku Putih, Satu Kesimpulan: PKI Penjahat!

    Jika ditanya buku apa yang paling berpengaruh di memori publik terkait dengan kisah di seputar gerakan pembunuhan perwira-perwira tinggi Angkatan Darat atau yang dikenal dengan “Gerakan 30 September”, maka jawabannya adalah karya Nugroho Notosusanto, Ismail Saleh, Tragedi Nasional: Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia (Jakarta: Intermasa, 1968) dan Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis […]

  • Muhidin M Dahlan | Bangsa yang Tak Merawat Diri

      Soekarno bilang, Indonesia adalah bangsa kuli dan kuli dari bangsa-bangsa. Menurut saya, Indonesia bangsa perusak. Bangsa yang tak punya mental merawat. Apa pun akan dirusaknya jika itu tak memberi keuntungan pragmatis. Tak peduli, bahkan milik berharga Proklamator Indonesia. Dua warisan dari dua bapak pendiri bangsa (founding fathers) itu, sepanjang reformasi, terkubur satu-satu. Alkisah, Perpustakaan […]

  • Ninok Leksono | Apakah Copy-and-Paste Musuh Berpikir

    NINOK LEKSONO | Datangnya teknologi digital dan era internet dengan segala kemudahannya ditengarai telah melonggarkan definisi orisinalitas karya. Kalaupun memang zaman yang berubah memungkinkan lahirnya redefinisi tentang orisinalitas, ada hal lain yang masih berat untuk ditoleransi kemerosotannya, yakni soal etos kerja. Melonggarkan aturan tentang plagiarisme hanya akan menciptakan insan-insan malas, yang hanya akan puas dengan karya yang sudah terbit sebelumnya.

  • Zen RS | Van Der Wijk, Aku dan (I)buku

    ZEN RS: Aku menemukan kembali Tenggelamnya Kapal van Der Wijk di Banjarmasin. Serta merta aku ingat kembali masa kanakku.

  • Muhidin M Dahlan | KUTU

    Cara kerja “revolusi senyap” para kutu ini seperti kerja klandestin. Mereka mula-mula menentukan target perpustakaan mana yang hendak mereka musnahkan. Biasanya, perpustakaan dengan pengamanan yang sangat lemah: buku-buku yang jarang ditengok dan diletakkan sembarangan saja di tempat yang lembab.