Banyak hal menarik dan tentu saja pengalaman baru yang saya peroleh di pekan kedua ini. Salah satunya adalah ketika kami berkunjung ke kantor Redaksi Mojok.co.
Terlepas dari agenda volunteer Radio Buku, sejak dahulu, saya cukup penasaran dengan kerja-kerja kawan-kawan di media Mojok yang selama ini “dianggap” media si paling jenaka dalam mengemas berita dan tulisan-tulisan segar dari kaum millennials (gen z) hingga gen x dan y itu.
Saya ingat betul, banyak pertanyaan kawan-kawan yang kemudian muncul ketika forum diskusi dibuka. Misal, pertanyaan yang datang dari mas Dias yang mempertanyakan sumber pendanaan Mojok, juga mas Adil yang berupaya menggali pertanyaan yang berkaitan dengan hak jawab/tanya bila Mojok kemudian dituding memprovokasi atau menyinggung satu golongan, individu atau institusi tertentu. Atau, mbak Monik yang mengajukan pertanyaan provokatif perkara bagaimana Mojok mampu mengakomodir isu Gender (perempuan) sebagai bentuk keberpihakan terhadap perempuan yang selama ini mengalami objektifikasi.
Sejauh saya amati, secara umum, penjelasan kawan-kawan Mojok terbagi ke dalam empat bagian penting: peliputan, editorial, proses kreatif (contoh: riset, rubrikasi, tagline dst) dan sumber pendanaan. Pun, dijelaskan juga bagaimana kerja-kerja Mojok baik sebagai PT atau pun Media Digital.
Singkatnya, diera revolusi industri seperti sekarang ini media tidak bisa berhenti pada satu platform maupun produk saja, media akan selalu dan terus bertransformasi mencari format baru melalui proses-proses kreatif itu sendiri.
Selain itu, agenda menarik lainnya yang hampir 10 tahun saya di Jogja namun baru kali ini saya kunjungi adalah Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) “Mereka Ruah” 2022. Saya beruntung bisa mengikuti kegiatan tersebut meskipun terlambat. Kegiatan di FKY itu akhirnya membawa saya berkenalan dengan kawan-kawan baru seperti mas Tebo (sahabat sekaligus kakak tingkat mas Nardi di Sejarah UNY), juga mas Lento (Massa Aksi Bookstore) dan mas Shohifur Ridho'I (Kurator Sasatra FKY 20220) yang saya wawancarai untuk kepentingan pemberitaan.
Sayangnya, lagi-lagi saya harus merugi karena ada hal penting lainnya seperti berkunjung ke Diorama Arsip dan sowan ke Langgar.co yang akhirnya tidak saya ikuti karena waktu yang ditentukan justru bertabrakan dengan waktu kuliah saya.