Indonesia Minim Dokumentasi Bahasa

Pendokumentasian bahasa milik suku-suku minoritas di Indonesia tak banyak dilakukan. Padahal, keberadaan bahasa tersebut semakin terancam punah. Beberapa upaya pendokumentasian pernah dilakukan, tetapi arsip dokumentasi rusak karena tidak dirawat.

Di Indonesia terdapat 726 bahasa dan 719 di antaranya adalah bahasa yang masih ”hidup”. Namun, tidak semua bahasa yang ”hidup” itu kondisinya baik karena hanya memiliki 1.000-5.000 penutur.

Multamia RMT Lauder, Guru Besar Bahasa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Rabu (12/12), dalam Diseminasi Hasil Penelitian Kebahasaan dan Kebudayaan Etnik Minoritas, mengatakan, ia bersama rekan-rekannya pernah mengadakan pendokumentasian dengan merekam cerita daerah dari desa-desa yang didatangi di daerah Indonesia timur.

Selain merekam, para peneliti juga dibekali kuesioner untuk pemetaan bahasa setempat. ”Namun, karena kami tidak tahu cara menyimpan hasil dokumentasi tersebut, hasil rekaman yang jumlahnya banyak sekali itu kasetnya rusak,” kata Multamia.

Diseminasi itu memaparkan hasil penelitian LIPI tentang bahasa kelompok etnis minoritas di Indonesia timur. Wilayah itu dipilih karena etnis di timur menggunakan bahasa rumpun non-Austronesia.

Penelitian dilakukan pada penutur dan bahasa etnis Oirata di Pulau Kisar (Maluku); etnis Gamkonora, Kao dan Pagu (Halmahera Utara); serta etnis Kui dan Kafoa (NTT). Ninuk Kleden, peneliti suku Gamkonora, mengatakan, tujuan penelitian untuk mengetahui pentingnya pelestarian bahasa.

*) Kompas, 13 Desember 2012


Posted

in

by