Di tahun 2016 ini, Studio Pertunjukan Sastra genap berusia 16 tahun. Gelaran Bincang-bincang Sastra yang digulirkan setiap bulan sekali tidak terasa sudah berlangsung selama 11 tahun. Sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada masyarakat sastra Yogyakarta, tahun ini Studio Pertunjukan Sastra bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta kembali menggelar acara Hari Bersastra Yogya #4 dengan tema “Keberangkatan (Kembali)”. Acara ini akan berlangsung pada hari Minggu, 30 Oktober 2016 di Taman Budaya Yogyakarta. Gelaran Hari Bersastra Yogya tahun ini akan dibagi menjadi dua kegiatan, siang Bincang-bincang Sastra “Peluncuran Antologi Esai Sastra Jawa, Gagaran Lampah” bersama Iman Budhi Santosa, Dhanu Priyo Prabowo, dan Sugito H.S. akan berlangsung pada pukul 09.00--13.00 di Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta. Sedangkan malam, Bincang-bincang Sastra “Peluncuran Buku Dokumentasi Karya Hari Leo AER, Astarengga” bersama Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, Sholeh Ug., Mustofa W. hasyim, dan Sukandar akan berlangsung pada bukul 19.30--22.00. Dalam acara ini juga akan digelar pertunjukan sastra karya Hari Leo AER, yakni pembacaan puisi oleh Fairuzul Mumtaz, pembacaan cerpen oleh Anes Prabu Sadjarwo, deklamasi oleh Dinar Setiyawan, musik puisi oleh Teater JAB, dan monoplay sajak teateral oleh Riska S.N. dan Tubagus Nikmatullah.
“Hari Bersastra Yogya edisi keempat yang menandai perjalanan SPS selama 16 tahun dan telah menggulirkan acara Bincang-bincang Sastra hingga 133 edisi atau 11 tahun ini merupakan suatu pretasi yang membanggakan bagi keluarga besar SPS. Sejak didirikan oleh Hari Leo AER (alm.) pada tahun 2000 dan menggelar Bincang-bincang Sastra sejak tahun 2005 nyatanya, SPS berhasil menyambung tegur sapa sastra dan kebudayaan lewat edisi demi edisi yang diselenggarakannya secara sederhana namun hangat. Sudah banyak sastrawan di Yogyakarta maupun dari penjuru tanah air dolan, mampir, dan hadir secara rutin dalam acara yang digelar setiap akhir minggu keempat di Taman Budaya Yogyakarta ini. Tidak salah kiranya jika SPS meluapkan rasa syukurnya dengan menggelar acara Hari Bersastra Yogya ini,” ungkap Mustofa W. Hasyim, ketua Studio Pertunjukan Sastra.
Tahun ini menjadi lain dan penting dari tahun-tahun sebelumnya. SPS kali ini mencoba menghadirkan gagasan-gagasan mengenai dinamika sastra Jawa berwujud buku antologi esai sastra Jawa berjudul Gagaran Lampah. Buku ini ditulis oleh 29 sastrawan Jawa dan pemerharti sastra/budaya Jawa di DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Beberapa di antaranya, Yusuf Susilo Hartono, Bonari Nabonenar, Jefri Btara Kawi, Budi palopo, Suharmono K., Triman Laksana, Krishna Mihardja, Purwadmadi, Maria Kadarsih, Sri Widati, Akhir Luso No, Suhindriyo, dan sejumlah nama lainnya. Buku ini berhasil diterbitkan secara mandiri atas kerja sama Studio Pertunjukan Sastra, penerbit Garudhawaca, dan Bijak Jawa Mbelinger. Hal ini merupakan usaha SPS untuk urun rembug kaitannya dengan perkembangan jagat sastra Jawa di Indonesia. Ide-ide otentik mengenai pelestarian dan pengembangan sastra Jawa yang berasal dari pelaku, pencinta, dan pemerhati sastra Jawa pada tingkat mandiri dan grass root (akar rumput) didokumentasikan. Hal ini sebagai upaya menyosialisasikan ide-ide pelestarian dan pengembangan sastra Jawa dari tingkat mandiri (lokal) ke tataran yang lebih luas (regional, pemerintah, instansi lembaga, dll). Rintisan patembayatan dan komunikasi antarberbagai individu dan kalangan pencinta dan pemerhati sastra Jawa dari berbagai daerah dalam upaya membangun gerakan pelestarian dan pengembangan sastra Jawa di daerah masing-masing merupakan tujuan dari kegiatan ini.
Hal yang juga penting dalam gelaran Hari Bersastra Yogya tahun ini ialah, keluarga besar SPS sebisa mungkin melacak, mengumpulkan, dan menyusun karya-karya Hari Leo AER untuk disatukan dan menjadi sebuah buku yang kami beri judul Astarengga. Astarengga, menjadi rumah segenap laku dan langkah hidup Hari Leo AER dalam mengasah diri dari Hari Astorenggo, menuju Hari Leo, menjadi Hari Leo AER, dan kembali menjadi manusia Hari Astorenggo. Inilah pintu untuk membaca gerak dan daya hidup Hari Astorenggo yang memulai gairah hidup dengan belajar kepada puisi, teater, kehidupan jalanan, kepada dunia sastra. Ia masuk ke dalam, sempyongan, jatuh bangun dalam sastra dan kehidupannya. Sampai pada akhirnya ia pun memberikan sebagian besar hidupnya untuk menemani gelegak dan gairah anak-anak muda dalam mencintai sastra dan pertunjukan. Menjadi ‘manusia pengasuh’ yang turut menceburkan diri untuk bersama kuyub dalam ‘air mata dan mata air’ kehidupan sastra dan pertunjukan. Astarengga, menjadi doa sekaligus rasa terima kasih keluarga Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta untuk Hari Leo AER, yang telah memberikan sebagian besar hidupnya untuk medan belajar kehidupan sastra dan pertunjukan di Yogyakarta. Buku ini menjadi syukur dan doa kami dalam perjalanan 16 tahun Studio Pertunjukan Sastra (SPS) dan 11 tahun Bincang-bincang Sastra (BBS).
“Keberangkatan (Kembali) menjadi renungan bagi kami, keluarga besar SPS, dalam menapaki hari-hari berikutnya. SPS harus tahu tujuan hidupnya dan tidak melupakan niat awal mengapa SPS harus ada,” pungkas Latief S. Nugraha, koordinator acara.