28 MEI 2016 | BINCANG-BINCANG SASTRA EDISI 128 | PENDAPA MANIS RENGGA, TEMPEL, WIROGUNAN, YOGYAKARTA

BBS Mei

 

BELAJAR LAGI PEMANGGUNGAN SASTRA

Studio Pertunjukan Sastra bekerja sama dengan Dewan Teater Yogyakarta, di akhir bulan Mei ini, sedianya akan menggelar acara Bincang-bincang Sastra edisi ke 128. Acara bertema ‘Belajar Lagi Pemanggungan Sastra’ akan digelar pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 pukul 19.30 di Pendapa Manis Rengga, Tempel, Wirogunan, Yogyakarta. Dalam acara ini akan hadir sebagai pembicara cerpenis dan teaterawan Yogyakarta, Wahyana Giri M.C. dipandu cerpenis muda berbakat Risda Nur Widia.

Dalam acara ini juga akan ditampilkan pertunjukan sastra yang diadaptasi dari cerpen karya Wahyana Giri M.C., oleh Dewan Teater Yogyakarta. Pemanggungan sastra itu ialah cerpen “Dor Bulan di Tanah Bulan Dikunyah” yang akan dibacakan oleh Hanana Orok Menes dan Puji Fatoni Rahayu. Serta cerpen  “Wasti” dengan sutradara Tiyas Bagus Adie Pamungkas dan para pemainnya antara lain Raras Kartika, Iktikaf Via Tussalma, Tri Septi Agita Cahyanti, Merynda Yola Wati, Perpetua Rosendar Budi Damayanti, Wening Fatma Mutiara, Dina Mega, Pandhu Satya Satria, Hafidz Kurnia Ramadhan, Yobel,Yohana Lutvitasari, Dwi Yuniarti, Agustin Dwi Hapsari, Sinta Nuraini, Priska Natalia Marbun, Kartika Putri Perwitasari, Ikhwan Rahayu Fathoni, Rustam Majid, Arif N.R.

Cerita-cerita Wahyana Giri yang banyak menyorot dunia sekitar rakyat kecil beserta labirin persoalan sosialnya yang berkelindan tak lekang oleh zaman. Cerpen-cerpen yang ditulis sejak tahun 1980-an itu terkumpul dalam buku antologi cerpen Lelaki Pengabar Duka. Acara ini sekaligus peluncuran buku tersebut, ungkap Mustofa W. Hasyim selaku ketua Studio Pertunjukan Sastra.

Sukandar selaku koordinator acara menyatakan, “Tema ‘Belajar Lagi Pemanggungan Sastra’ sengaja diangkat demi menumbuhkan semangat belajar agar ora kelangan enggok. Di tengah semarakanya acara sastra yang hampir semua bersifat pertunjukan, rasanya perlu ditilik kembali keberadaan dan fungsi pertunjukan sastra itu untuk apa.”

Yogyakarta dari tahun ke tahun seperti yang telah diketahui banyak bermunculan kantong-kantong sastra. Ada yang hadir secara rutin sebulan sekali ada yang tak menentu. Studio Pertunjukan Sastra sebagai salah satu yang sudah ada sejak tahun 2005 mencoba kembali menggali esensi pertunjukan sastra yang akhir-akhir ini terkikis oleh semangat eksistensi yang menggebu-gebu. “Perlu melihat sejenak, untuk belajar lagi dan lagi makna pertunjukan sastra itu apa,” pungkas Sukandar.

 

Tertanda,

Sukandar (Koordinator Acara)


Posted

in

by

Tags: