Tanggal: 27 Maret 2017
Acara:
Launching Buku "Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya"
(Diskusi, Bedah Buku, dan Pertunjukkan Musik)
Penulis: Aris Setyawan
Penerbit: Warning Books/Tan Kinira
Tahun terbit: Maret, 2017
Tebal: 302 halaman
Tempat: Yogyatourium, Yogyakarta
Pada tanggal 12 Maret 2017, penulis muda Aris Setyawan menerbitkan buku pertamanya bertajuk Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya. Berisi 44 tulisan, Pias merupakan buku pertama karya Aris Setyawan. Sesuai dengan peran Aris yang bergerak di berbagai bidang: etnomusikolog; pemred media seni dan budaya Serunai.co; serta penabuh drum band Aurette and The Polska Seeking Carnival, tulisan-tulisan Aris dalam Pias pun membahas banyak bidang dan tidak terlalu spesifik membahas satu tema tertentu.
Aris membicarakan musik, seni rupa, film, sastra, buku, aktivisme, hingga fenomena sosial semacam para tukang yang mengobrol sembari ngaso di warung makan kaki lima. Benang merah dari semua tulisan ini adalah seni dan budaya. Tidak sesempit pemahaman seni dan budaya di galeri atau panggung pertunjukan tentunya. Alih-alih, Aris selalu memaknai seni dan budaya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Seni dan budaya berkelindan erat dengan manusia dan kemanusiaan. Maka, obrolan di angkringan sekalipun adalah budaya.
Sejak awal rencana penerbitannya, Pias mendapat respons positif. Dari pihak musisi misalnya, Cholil Mahmud--gitaris/vokalis band Efek Rumah Kaca--memberikan testimoni positif terkait laku kepenulisan Aris. “Aris potensial dan menjanjikan. Saya tidak akan heran jika pada masa depan tulisannya, pertanyaannya, dan gugatannya terhadap suatu fenomena akan seliweran di media sosial maupun media cetak,” papar Cholil.
Sementara itu, Herry Sutresna atau yang lebih dikenal sebagai Ucok, pendiri grup rap Homicide dan penulis buku Setelah Boombox Usai Menyalak mengungkapkan pentingnya tulisan-tulisan seperti yang dibukukan Aris. “Kumpulan tulisan Aris di buku ini adalah testimoninya terhadap banyak hal yang dapat membuat orang lain berpikir ulang soal pentingnya tulisan remeh temeh pengalaman personal dan irisannya dengan musik dan budaya populer,” jelas Herry.
Dari pihak akademisi, Erie Setiawan selaku musikolog dan direktur lembaga kajian musik Art Music Today menyatakan bahwa Aris cukup jeli dalam mengamati isu-isu kebudayaan kontemporer. “Buku ini sangat tepat untuk melihat kembali arus perjalanan pemikiran Aris, terutama usahanya mengungkap nilai-nilai tersembunyi dari pengalamannya sehari-hari bertemu berbagai fakta maupun pengamatan atas isu-isu kebudayaan kontemporer yang serius,” jelas Erie. Kemudian, pendiri situs Jakartabeat.net, Taufiq Rahman, menulis dan menyebut betapa Aris memiliki kegelisahan akan isu-isu di sekitar. “Kumpulan tulisan di buku ini adalah buah dari kegelisahan, tentang apakah musik berguna bagi manusia dan kemanusiaan.”