21 Mei 2017 | Bincang-Bincang Sastra Edisi 140 | Yogyakarta

MENDENGAR NYANYIAN KARDUS

Acara: Peluncuran Buku Naskah Drama Nyanyian Kardus

Hari, Tanggal: Minggu, 21 Mei 2017

Pukul: 20.00 WIB

Tempat: Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta

Pengulas: Indra Tranggono dan Puntung C.M. Pudjadi

Performance: Dewan Teater Yogykarta

 

“Puntung C.M. Pudjadi merupakan salah satu penulis naskah drama terkemuka Yogyakarta. Reputasi Puntung sebagai sutradara dan penulis lakon drama, sinetron, maupun film sudah diakui. Tak kurang 35 naskah drama telah ditulisnya. Ia juga telah menyutradarai lebih dari enam puluh pemanggungan. Puluhan, bahkan ratusan cerita sinetron telah ditulisnya. Sebagaimana prediksi Ragil Suwarna Pragolapati, bakat Puntung justru lebih kuat pada penulisan naskah drama ketimbang menjadi aktor panggung. Selebihnya, ia adalah seorang sutradara drama,” tutur Agus Sandiko selaku koordinator acara.

Sebermula dari nyantrik di sanggar Teater Alam yang bermarkas di Sawojajar 25 dari tahun 1974 hingga 1982, Puntung menggeluti dunia teater. Di Teater Alam, ia memiliki tugas utama yakni mengetik menggandaan naskah drama yang akan dipentaskan. Pengalaman mengetik dan menyunting naskah drama di Teater Alam itulah proses pergulatannya dengan naskah drama dimulai, meski pada waktu itu ia belum menulis naskah drama sendiri.

Pengalaman di Teater Alam itu kemudian dicurahkan untuk membentuk kelompok baru, yakni Teater Shima pada pertengahan tahun 1980-an. Naskah drama karyanya kemudian banyak dipentaskan oleh Teater Shima Yogyakarta. Pada saat itu ia juga mengikuti workshop penulisan naskah skenario yang diselenggarakan oleh TVRI. Sejak saat itu puntung mulai serius menulis naskah skenario. Tahun 1990 ia pun hijrah ke Jakarta untuk menulis naskah-naskah skenario sinetron dan serial di TVRI dan PH televisi swasta. Sayang, naskah skenario yang tidak terhitung jumlahnya itu tidak didokumentasikan dengan baik.

“Naskah drama yang telah dibuat oleh Puntung acapkali dipentaskan untuk tugas akhir mahasiswa dan pentas produksi kelompok teater di kampus-kampus. Yang cukup sering dipentaskah salah satunya ialah ‘Los Bagados de Los Pencos’. Sialnya, dalam naskah ini justru tertera nama W.S. Rendra sebagai penulisnya, bukan Puntung C.M. Pudjadi,” ungkap Agus Sandiko.

“Puntung banyak memotret kehidupan rakyat kecil, pinggiran, yang hidupnya terkucil-singkirkan oleh kerasnya kehidupan. Naskah Nyanyian Kardus yang akan diulas ini misalnya, naskah tersebut berkisah mengenai kehidupan rakyat kecil dengan kemiskinan material yang akut cenderung menghasilkan kemiskinan spiritual, hidup sebagaimana arus sungai yang keruh membentur batu dan kerikil tajam, terhempas tak putus-putus. Kehidupan masyarakat pinggiran di kota besar dipotret oleh Puntung sebagai gambaran sisi lain dunia. Dengan bahasa yang lugas dialog-dialog yang disusunnya pas untuk panggung, tidak terasa kaku, tidak terdramatisir, dan tidak terdengar aneh di telinga. Kini bersama Dewan Teater Yogyakarta ia banyak menggelar pementasan, naskah terbaru yang akan dipentaskan tahun 2017 ini ialah “Durga dan Para Bajubarat”. Mari kita nantikan kiprahnya sebagai penulis naskah drama dan sutradara teater!” pungkas Agus Sandiko.

 

Tertanda,

Agus Sandiko, koordinator acara.


Posted

in

by

Tags: