Awalludin Lutfi dan Koskow datang dengan membawa konsep yang cukup baru berjudul Bunda Kata. Bunda Kata, Buku Gotong Royong ini adalah sebuah gerakan buku yang mencoba mengapresiasi sudut pandang pembaca.
Bunda Kata merupakan buku yang disusun dari kumpulan tulisan dari berbagai penulis yang nantinya akan disusun sendiri oleh pembaca yang kemudian dicetak di tempat, yang dalam hal ini di pameran buku dan dapat segera dibawa pulang.
Kegiatan ini berdasar pada perilaku konsumen yang lebih suka mengunduh dan menyusun sendiri urutan hal yang ingin dikonsumsinya. Seperti urutan lagu yang disusun di pemutar musik, Bunda Kata ingin mewujudkan perilaku itu dalam sastra dan membaca.
#23TWEETS
1. Awalludin Lutfi dan Koskow bercerita tentang ide Bunda Kata, buku gotong royong. #KatalogSeni
2. #BundaKata berawal dari obrolan dan melahirkan ide tentang karya tulis yang ditentukan pembaca. #KatalogSeni
3. Buku gotong royong ini mencoba untuk memasukkan sudut pandang pembaca dalam menyusun buku, tak hanya penulis dan penerbit. #KatalogSeni
4. Kumpulan judul dipamerkan dan setiap pembaca dapat menyusun sendiri judul mana yang ingin disusun dan dimasukkan dalam bukunya. #KatalogSeni
5. Masalah pencetakan bisa dilakukan di tempat saat pameran buku, setelah pembaca memilih sendiri susunan konten. #KatalogSeni
6. Publikasi dilakukan lewat media online seperti website, Facebook, dan Twitter. #KatalogSeni
7. Jika Booklovers ingin tahu dan mengikuti prosesnya dapat mengakses website sastraindonesia.com #KatalogSeni
8. Bagi penulis yang mengikuti hasil akhirnya, satu hvs A4 itu dibagi jadi empat halaman ukuran A5. #KatalogSeni
9. Jika penulis bingung dalam proses layout, penyelenggara akan melayout dan penulis tinggal mengirim konten. #KatalogSeni
10. File mentah yang ingin dilayoutkan bisa dikirim ke koskowbuku@gmail.com atau akun Facebook Koskow Buku. #KatalogSeni
11. Proses naik cetaknya nanti tergantung biaya, jika dana minim ya fotocopy, tapi kertas yang disarankan kertas buram. #KatalogSeni
12. Harapan Koskow dan Cak Udin, #BundaKata dapat menjadi sudut pandang alternatif dalam dunia perbukuan, tak hanya dari penulis. #KatalogSeni
13. Menurut Koskow pembaca jarang diapresiasi. Istilah perbukuan menurun itu sebenarnya bukan hanya salah pembaca. #KatalogSeni
14. Dunia buku tidak hanya tersentralisasi di Jogja tapi sudut pandang ini dapat diakses di berbagai daerah. #KatalogSeni
15. Di periode awal ada Mbak Natalia Afnita di Semarang dengan karyanya “Pemungut Kata” dan puisi “Benar Mak” dari Trinoviana. #KatalogSeni
16. Dari jogja juga ada “Bunga untuk Mak” dari Udin dan juga tulisan “Yang Mungkin Terlewatkan” oleh Masa, Arya Wirawan, dan lain lain. #KatalogSeni
17. Kendala #BundaKata salah satunya dari penulis yang mempertanyakan penggadaan karya dan tidak tepat waktu. #KatalogSeni
18. #BundaKata memilih tak berbentuk lembaga. Yang penting punya identitas agar bisa diapreasisi di kota lain. #KatalogSeni
19. Partisipasi di #BundaKata tak hanya dari penulis, tapi juga dari perupa untuk desain kover agar pembaca juga bisa memilih kover bukunya. #KatalogSeni
20. Tak ada keuntungan finansial untuk #BundaKata, tapi ada keinginan ke sana. Siapa tahu pemasukan dapat membantu pengelolaan meski sulit. #KatalogSeni
21. Kalau ada keuntungan yang masuk ke #BundaKata harus kembali ke dunia sastra, tidak untuk masuk ke perseorangan. #KatalogSeni
22. Cak Udin terinspirasi Romo Mangun tentang mengambil nilai dari segi kemanfaatan. Makanya menjalani #BundaKata tetap senang. #KatalogSeni
23. Cak Udin dan Koskow mengajak kita semua, Booklovers, untuk mengelola nilai kemanfaatan di bidang sastra dengan banyak menulis dan produktif. #KatalogSeni