Day: February 7, 2010
-
Pahlawan Kupu-kupu Siap Saingi Harry Potter
MALANG-Masih ingat kisah epik seekor naga dari novel berjudul Eragon? Buku ini mengejutkan dunia, karena ditulis seorang anak bau kencur bernama Christoper Paolini. Sebentar lagi, toko buku di Indonesia akan menyambut novel tak kalah menarik, karya anak SD. Anak SD itu bernama Nilna Qomara Nurul Husna. Ia masih 12 tahun, dan kini duduk di bangku […]
-
Bermimpi Ciptakan Masyarakat Cinta Buku
AHMAD MUHAKKAM eL ZEIN-ALANGKAH takjub menyaksikan begitu tinggi cinta serta minat warga Mesir terhadap buku. Baik itu dalam hal membaca, menulis, ataupun mengoleksi buku. Hal tersebut bisa tergambar jelas dalam Cairo International Book Fair (CIBF) pada 28 Januari-10 Februari 2010 di pusat kota Kairo, Mesir.
-
Posko Gus Dur & Buku Gus Dur
SURABAYA – Hari ini (7/2) tepat 40 hari meninggalnya mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun, sejak kemarin (6/2), diadakan berbagai peringatan. Salah satunya dilakukan DPW PKB Jatim yang menyelenggarakan tahlilan dan meresmikan berdirinya Posko Sosial Gus Dur.
-
Pesan Sayang lewat Operet dan Buku
SUKOLILO – Bunga, tumbuhan, ikan-ikan di laut, dan berbagai makhluk hidup lain sedang melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, tiba-tiba datang awan besar. Gumpalan uap air di langit itu merasa kepanasan karena matahari bersinar begitu terang.
-
Leo Kristi:Ingin Buat Buku Berkualitas
Bagi yang hidup di era 70-80-an, nama Leo Kristi begitu dikenal. Lagunya yang puitis tapi merakyat punya penggemarnya sendiri. Begitu khasnya dia, sehingga yang tak menggemarinya tak bakal mudeng musik Leo Kristi.
-
Setelah Media Cetak Sekarat
ZAMAKHSYARI ABRAR: Menilik suramnya bisnis media cetak di Amerika belakangan ini, mungkinkah kelesuan serupa bisa terjadi pada dunia buku menilik adanya kesamaan karakter cetak tadi? Pertanyaan usil ini perlu saya ajukan dengan pertimbangan makin mewabahnya layanan buku elektronik atau ebook dan menjamurnya perpustakaan online.
-
Seabad Pers Kebangsaan
Buku ini diterbitkan sebagai sebuah penghargaan atas kerja Tirto Adhi Soerjo yang mangkat dengan tragis pada 7 Desember 1918. Dikerjakan siang malam oleh sembilan sejarawan muda (partikelir) di bawah usia 25 tahun selama dua tahun.