Hari, Tanggal: Jumat, 10Maret 2017
Pukul: 13.30 WIB
Tempat: Ruang Sutan Takdir Alisjahbana, Balai Bahasa DIY
Pembicara: Landung Simatupang dan Herry Mardianto
Membuka kegiatan di tahun 2017, Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui salah satu lini kegiatannya yakni Rumah Bahasa dan Sastra menggelar acara “Peluncuran Buku Orang-Orang Panggung Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Rumah Bahasa dan Sastra berdiri sebagai tempat yang pas untuk memperkenalkan produk-produk Balai Bahasa DIY kepada masyarakat. Salah satu produk dari Balai Bahasa DIY itu adalah buku berjudul Orang-Orang Panggung Daerah Istimewa Yogyakarta yang berisi profil sejumlah teaterawan di DIY dan naskah drama karyanya, serta profil beberapa kelompok teater di DIY. Buku tersebut disusun oleh Herry Mardianto, Ahmad Zamzuri, Siti Ajar Ismiyati, dan Latief S. Nugraha.
Orang-Orang Panggung hadir melengkapi buku-buku serupa yang sudah terbit sebelum-sebelumnya, namun, buku ini secara kusus dan fokus menitikberatkan pada dunia panggung teater yang bertalian erat dengan sastra di DIY. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai peristiwa sastra dan teater mampu menjadikan pertumbuhan dinamika seni budaya di Yogyakarta berkembang dengan baik. Meskipun memang ada saja kerumpangan kehidupan berkesenian di Yogyakarta.
Pendokumentasian tulisan mengenai tokoh-tokoh maupun aktivitas kegiatan berkesastraan yang berperan dalam menumbuhkembangkan kegiatan bersastra di Yogyakarta kurang disadari. Buku setebal 586 halaman ini menjawab pertanyaan mengenai siapa Azwar AN dan Pedro Sudjono, misalnya, bagaimana mereka mengembangkan dan mempertahankan Teater Alam dan Teater Muslim dengan idealisme masing-masing di tengah timbul-tenggelamnya teater di Yogyakarta.
Setidaknya ada empat puluh profil teaterawan di Yogyakarta. Tentu saja masih banyak nama-nama yang terselip, luput, tercecer untuk dimasukkan dalam buku ini karena bermacam kendala dan keterbatasan yang meliputi selama penyusunannya. Namun, sebagai buku yang secara khusus membahas soal teater di Yogyakarta, tentu saja buku tersebut penting adanya.
Setidaknya, terdapat informasi mengenai tokoh-tokoh yang pernah meramaikan kehidupan sastra-teater atau dunia pemanggungan di Yogyakarta. Referensi mengenai Sigit Sugito dengan Persatuan Teater Bantul, Landung Simatupang dengan Teater Stemka, eksistensi tokoh-tokoh penggerak Teater Jeprik, Teater Gandrik, Teater Dinasti, dan beberapa grup teater lain yang gampang-gampang susah mendapat informasi akan hal tersebut membuat buku ini—meskipun belum lengkap dan tidak akan pernah lengkap karena Yogyakarta adalah gudangnya seniman yang tentu saja setiap tahun terus bertambah, mati satu tumbuh seribu—hadir dengan semangat merawat.
Buku ini akan menjadi salah satu produk yang dihasilkan Balai Bahasa DIY, sebagai instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan pembangunan nasional di bidang kebahasaan dan kesastraan, baik Indonesia maupun daerah. Balai Bahasa DIY sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga menggelar kegiatan-kegiatan seperti Bengkel Kebahasaan dan Kesastraan bagi siswa pendidikan dasar dan menengah, Penyuluhan Kebahasaan dan Kesastraan bagi Guru Bahasa Indonesia, Lomba Kebahasaan dan Kesastraan bagi Remaja dan Guru TK/PAUD, ada pula Lomba Musikalisasi Puisi, penerbitan-penerbitan buku kebahasaan dan kesastraan, dan untuk bulan Oktober yang biasa disebut sebagai Bulan Bahasa, kami sudah menyiapkan kegiatan gerakan cinta bahasa Indonesia yang akan diwarnai dengan Pekan bahasa dan Sastra, serta tentu saja masih banyak lagi yang lainnya.
Acara Rumah Bahasa dan Sastra tahun ini harapannya menjadi ajang silaturahim para praktisi sastra, teater, guru, dosen, siswa, dan mahasiswa, serta masyarakat umum. Balai Bahasa DIY juga telah menyiapkan buku Orang-Orang Panggung untuk dibagikan gratis kepada peserta acara yang beruntung.
Tertanda,
Latief S. Nugraha, Koordinator Acara.